Pulau Komodo
Fakta Unik Tentang Komodo “The New Seven Wonders of Nature”
- New Seven Wonders of Nature. Satu-satunya kadal
purba yang masih tersisa di dunia, komodo (Varanus komodiensis) adalah
salah satu dari “New Seven Wonders of Nature”.
- Kadal Terbesar d Dunia. Komodo adalah spesies kadal
terbesar di dunia yang hidup di pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili
Motang, dan Gili Dasami di Nusa Tenggara. Biawak ini oleh penduduk asli
pulau Komodo juga disebut dengan nama setempat ora. Komodo merupakan
kadal terbesar di dunia, dengan rata-rata panjang 2-3 m. Ukurannya yang
besar ini berhubungan dengan gejala gigantisme pulau, yakni
kecenderungan meraksasanya tubuh hewan-hewan tertentu yang hidup di
pulau kecil terkait dengan tidak adanya mamalia karnivora di pulau
tempat hidup komodo, dan laju metabolisme komodo yang kecil. Karena
besar tubuhnya, kadal ini menduduki posisi predator puncak yang
mendominasi ekosistem tempatnya hidup.
- Komodo Tidak tuli. Komodo pernah dianggap tuli
ketika penelitian mendapatkan bahwa bisikan, suara yang meningkat dan
teriakan ternyata tidak mengakibatkan agitasi (gangguan) pada komodo
liar. Hal ini terbantah kemudian ketika karyawan Kebun Binatang London
ZSL, Joan Proctor melatih biawak untuk keluar makan dengan suaranya,
bahkan juga ketika ia tidak terlihat oleh si biawak.
- Penglihatan Tajam. Komodo mampu melihat hingga
sejauh 300 m, namun karena retinanya hanya memiliki sel kerucut, hewan
ini agaknya tak begitu baik melihat di kegelapan malam. Komodo mampu
membedakan warna namun tidak seberapa mampu membedakan obyek yang tak
bergerak.
- Indera Komodo. Komodo menggunakan lidahnya untuk
mendeteksi rasa dan mencium stimuli, seperti reptil lainnya, dengan
indera vomeronasal memanfaatkan organ Jacobson, suatu kemampuan yang
dapat membantu navigasi pada saat gelap.
- Tempat berlindung. Untuk tempat berlindung, komodo
menggali lubang selebar 1–3 meter dengan tungkai depan dan cakarnya yang
kuat. Karena besar tubuhnya dan kebiasaan tidur di dalam lubang, komodo
dapat menjaga panas tubuhnya selama malam hari dan mengurangi waktu
berjemur pada pagi selanjutnya. Komodo umumnya berburu pada siang hingga
sore hari, tetapi tetap berteduh selama bagian hari yang terpanas.
Tempat-tempat sembunyi komodo ini biasanya berada di daerah gumuk atau
perbukitan dengan semilir angin laut, terbuka dari vegetasi, dan di
sana-sini berserak kotoran hewan penghuninya. Tempat ini umumnya juga
merupakan lokasi yang strategis untuk menyergap rusa. Komodo muda
menghabiskan tahun-tahun pertamanya di atas pohon, tempat mereka relatif
aman dari predator, termasuk dari komodo dewasa yang kanibal, yang
sekitar 10% dari makanannya adalah biawak-biawak muda yang berhasil
diburu.
- Penciuman Sanga Tajam. Komodo dapat menemukan
mangsanya dengan menggunakan penciumannya yang tajam, yang dapat
menemukan binatang mati atau sekarat pada jarak hingga 9,5 kilometer.
- Memiliki Bisa. Peneliti dari Universitas Melbourne,
Australia, menyimpulkan bahwa biawak Perentie (Varanus giganteus)
dan biawak-biawak lainnya, serta kadal-kadal dari suku Agamidae,
kemungkinan memiliki semacam bisa. Selama ini diketahui bahwa luka-luka
akibat gigitan hewan-hewan ini sangat rawan infeksi karena adanya
bakteria yang hidup di mulut kadal-kadal ini, akan tetapi para peneliti
ini menunjukkan bahwa efek langsung yang muncul pada luka-luka gigitan
itu disebabkan oleh masuknya bisa berkekuatan menengah. Para peneliti
ini telah mengamati luka-luka di tangan manusia akibat gigitan biawak Varanus
varius, V. scalaris dan komodo, dan semuanya
memperlihatkan reaksi yang serupa: bengkak secara cepat dalam beberapa
menit, gangguan lokal dalam pembekuan darah, rasa sakit yang mencekam
hingga ke siku, dengan beberapa gejala yang bertahan hingga beberapa jam
kemudian. Sebuah kelenjar yang berisi bisa yang amat beracun telah
berhasil diambil dari mulut seekor komodo di Kebun Binatang Singapura,
dan meyakinkan para peneliti akan kandungan bisa yang dipunyai komodo.
Di samping mengandung bisa, air liur komodo juga memiliki aneka bakteri
mematikan di dalamnya; lebih dari 28 bakteri Gram-negatif dan 29
Gram-positif telah diisolasi dari air liur ini. Bakteri-bakteri tersebut
menyebabkan septikemia pada korbannya; jika gigitan komodo tidak
langsung membunuh mangsa dan mangsa itu dapat melarikan diri, umumnya
mangsa yang sial ini akan mati dalam waktu satu minggu akibat infeksi.
Bakteri yang paling mematikan di air liur komodo agaknya adalah bakteri Pasteurella
multocida yang sangat mematikan; diketahui melalui percobaan
dengan tikus laboratorium. Karena komodo nampaknya kebal terhadap
mikrobanya sendiri, banyak penelitian dilakukan untuk mencari molekul
antibakteri dengan harapan dapat digunakan untuk pengobatan manusia.
- Di balik air liur Komodo yang mematikan Selain
keunikan teknik makannya, Komodo juga memiliki senjata lain untuk
melumpuhkan mangsanya: air liur. Meski seekor hewan bisa lolos dari
serangan Komodo, ia segera melemah dan akhirnya mati. Untuk jangka
waktu yang lama, peneliti menduga, bakteri di air liur hewan itu
bertanggung jawab menimbulkan luka infeksi yang parah pada korbannya.
Bakteri itu meracuni darah korban. Namun, dugaan itu terbantahkan pada
tahun 2005 lalu. “Adanya bakteri dalam air liur Komodo atelah menjadi
dongeng ilmiah,” kata Bryan Fry, peneliti racun di University of
Melbourne, Australia. Fry dan timnya mempelajari susunan biokimia dalam
air liur Komodo. Mereka menemukan, racun tersebut bisa dengan cepat
menurunkan tekanan darah, mempercepat hilangnya darah, dan membuat
korban menjadi syok — hingga tak berdaya melawan. Para ilmuwan
menemukan, apa yang terkandung dalam liur Komodo serupa dengan racun
yang dimiliki ular paling berbisa yang hidup di pedalaman Taipan,
Australia. Penelitian sebelumnya menemukan, sejumlah spesies kadal —
seperti Iguana, kadal tak berkaki, dan kadal monitor juga memiliki bisa
- Hidup Lebih 50 Tahun. Komodo membutuhkan tiga
sampai lima tahun untuk menjadi dewasa, dan dapat hidup lebih dari 50
tahun.
- Dapat membunuh manusia. Meskipun jarang terjadi,
komodo diketahui dapat membunuh manusia. Pada tanggal 4 Juni 2007,
seekor komodo diketahui menyerang seorang anak laki-laki berumur delapan
tahun. Anak ini kemudian meninggal karena perdarahan berat dari
luka-lukanya. Ini adalah catatan pertama mengenai serangan yang
berakibat kematian pada 33 tahun terakhir.
- Bisa Mengenali orang. Komodo agaknya dapat
mengenali orang satu persatu. Ruston Hartdegen dari Kebun Binatang
Dallas melaporkan bahwa komodo-komodo yang dipeliharanya bereaksi
berbeda apabila berhadapan dengan pawang yang biasa memeliharanya,
dengan pawang lain yang kurang lebih sudah dikenal, atau dengan pawang
yang sama sekali belum dikenal.
- Senang Bermain. Penelitian terhadap komodo
menunjukkan bahwa hewan ini senang bermain. Suatu kajian mengenai komodo
yang mau mendorong sekop yang ditinggalkan oleh pawangnya, nyata-nyata
memperlihatkan bahwa hewan itu tertarik pada suara yang ditimbulkan
sekop ketika menggeser sepanjang permukaan yang berbatu. Seekor komodo
betina muda di Kebun Binatang Nasional di Washington, D.C. senang meraih
dan mengguncangkan aneka benda termasuk patung-patung, kaleng-kaleng
minuman, lingkaran plastik, dan selimut. Komodo ini pun senang
memasuk-masukkan kepalanya ke dalam kotak, sepatu, dan aneka obyek
lainnya. Komodo tersebut bukan tak bisa membedakan benda-benda tadi
dengan makanan; ia baru memakannya apabila benda-benda tadi dilumuri
dengan darah tikus. Perilaku bermain-main ini dapat diperbandingkan
dengan perilaku bermain mamalia. Catatan lain mengenai kesenangan
bermain komodo didapat dari Universitas Tennessee. Seekor komodo muda
yang diberi nama “Kraken” bermain dengan gelang-gelang plastik, sepatu,
ember, dan kaleng, dengan cara mendorongnya, memukul-mukulnya, dan
membawanya dengan mulutnya. Kraken memperlakukan benda-benda itu berbeda
dengan apa yang menjadi makanannya, mendorong Gordon Burghardt
–peneliti– menyimpulkan bahwa hewan-hewan ini telah mementahkan
pandangan bahwa permainan semacam itu adalah “perilaku predator
bermotif-pemangsaan”. Komodo yang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar